A.Pengertian
Dakwah
Dalam Islam
dikenal Dakwah dan Tabligh Secara kebahasaan kata Dakwah
berarti panggilan, seruan atau ajakan, sedangkan kata Tabligh
berarti penyampaian materi. Dakwah berarti mengajak seseorang atau
sekelompok orang untuk memeluk agama Islam, maka tabligh berarti
menyampaikan ajaran Islam kepada seseorang atau sekelompok orang dengan tujuan
agar orang atau kelompok itu bersedia memeluk agama Islam demi kebaikan
mereka di dunia dan keselamatan akhirat kelak. Pelaku Dakwah disebut Da’i
sedangkan pelaku tabligh disebut mubaligh.
Dalam
pengertian yang luas dakwah adalah upaya untuk mengajak seseorang atau
sekelompok orang (masyarakat) agar memeluk dan mengamalkan ajaran Islam kedalam
kehidupan yang nyata.
Esensi
dakwah dalam Islam adalah mengajak kepada kebaikan, yad’uuna ila alkhoir,
memerintahkan
kepada yang ma’ruf, ya’muruuna bi al-ma’ruf dan melarang
dari yang mukar, yanhauna ani al-munkar ( QS. Ali ‘Imron/3:110).
Sedangkan
metode dakwah secara umum dan menjadi acuan merujuk pada firman Allah SWT dalam
Al-Qur’an, yaitu metode al-hikmah, al-maw’idhah al-hasanah dan al-mujadalah
bi al-lati hiya ahsan ( Q.S. an-Nahl/16 : 125).
Metode
dakwah bi al-hikmah berarti penyampaian dakwah dengan terlebih dahulu
mengetahui tujuannya dan mengenal secara benar serta mendalam orang atau
masyarakat yang menjadi sasarannya. Metode dakwah bi al-maw’idhah al-hasanah
, memberi kepuasan kepada jiwa orang atau masyarakat yang menjadi sasaran
dakwah Islam itu dengan cara-cara yang baik, seperti dengan memberi nasehat,
pengajaran, dan contoh teladan yang baik. Metode dakwah bi al-mujadalah bi
al-lati hiya ahsan , bertukar pikiran dengan cara-cara terbaik yang dapat
dilakukan, sesuai dengan kondisi orang-orang dan masyarakat sasaran.
Apapun
metode dakwah yang digunakan , dakwah sebagai alat untuk melakukan perubahan
individu atau masyarakat, dari kehidupan yang belum islami menjadi
kehidupan yang islami.
B.Pengertian Dakwah Kultural
Dakwah
kultural merupakan upaya menanamkan nilai-nilai Islam dalam seluruh
dimensi kehidupan dengan memperhatikan potensi dan kecenderungan manusia
sebagai makhluk budaya secara luas, dalam rangka mewujudkan masyarakat Islam
yang sebenar-benarnya.
Dakwah
kultural mencoba memahami potensi dan kecenderungan manusia sebagai makhluk
budaya berarti memahami ide-ide, adat istiadat, kebiasaan, nilai-nilai, norma,
sistem aktivitas, simbol, dan hal-hal fisik yang memilki makna tertentu dan
hidup subur dalam kehidupan masyarakat.
Dikatakan
dakwah kultural, karena dakwah yang dilakukan menawarkan kultur baru yang
bernilai islami. Dari ikhtiar untuk menawarkan kultur baru yang bernilai
islami, dari teks Kitab Suci Al-Qur’an lahirlah seni baca al-Qur’an dan seni
kaligrafi.
Ciri dakwah
kultural adalah : dinamis, kreatif dan inovatif. Ciri dakwah
kultural ini pernah dipraktekkan Rasulullah SAW, ketika memperlakukan Tsumamah
bin Utsal, kepala suku Bani Hanifah. Kreatifitas dan inovasi kultural dalam
berdakwah juga dilakukan oleh K.H. Ahmad Dahlan, dengan mendirikan lembaga
pendidikan, rumah sakit, panti asuhan dan lain-lain.
Secara
substansial misi dakwah kultural adalah upaya melakukan dinamisasi dan purifikasi.
Dinamisasi bermakna sebagai kreasi budaya yang memiliki kecenderungan untuk
selalu berkembang dan berubah ke arah yang lebih baik dan islami. Purufikasi
diartikan sebagai usaha pemurnian nilai-nilai dalam budaya dengan mencerminkan
nilai-nilai tauhid.
C.Konsep Dakwah Kultural
Setelah
memahami pengertian dakwah, pengertian dakwah kultural, maka konsep dalam
dakwah kultural dapat dipahami melalui :
- Dakwah kultural dalam konteks budaya lokal
Dakwah
Muhammadiyah dalam konteks budaya lokal berarti mencari bentuk pemahaman
dan upaya yang lebih empatik dalam mengapresiasi kebudayaan masyarakat yangakan
menjadi sasaran dakwh dan mengaktualisasikan gerakan dakwah Islam dalam
realitas kebudayaan masyarakat Indonesia secara terus menerus dan berproses sehingga
nilai-nilai Islam mempengaruhi, membingkai, dan membentuk kebudayaan yang
Islami. khususnya di kalngan umat Islam, melalui pendekatan dan strategi yang
tepat
- Dakwah kultural dalam konteks budaya global
Muhammadiyahperlu
mengkaji secara mendalam titik-titik silang antara Islam dan budaya
global, baik secara teoritik maupu empirik, untuk keberhasilan dakwah , seperti
: memperhatikan substansi atau pesan dakwah, memperhatikan pendekatan dan
strategi dakwah, memperhatikan media atau wahana dakwah dan memperhatikan
pelaku atau subjek dakwah. Maka dari itu Muhammadiyah perlu memperluas
khazanah dakwahnya agar sesuai dengan pola perkembangan budaya global.
- Dakwah kultural melalui apresiasi seni
Budaya
termasuk seni khususnya adalah ekspresi dari perasaan sosial yang
bersifat kolektif sehingga merupakan ungkapan yang sesungguhnya dari
hidup dan kehidupan masyarakat. Muhammadiyah mengembangkan dakwah kultural
melalui apresiasi seni, dengan pengembangan seni yang ma’ruf untuk kepentingan
dakwah Islam. Adapun untuk seni yang belum makruf maka perlu dilakukan melalui
tahap seleksi dan pemilahan secara syar’I, tahap intervensi nilai dan
rekayasa isi, tahappenguatan dan pengembangan seni sehingga bisa menjadi seni
yang ma’ruf. Maka dakwah kultural Muhammadiyah bisa berperan untuk melahirkan
inovasi dan kreasi.
- Dakwah kultural melalui multimedia
Dakwah
melalui multimedia merupakan aktivitas dakwah dengan memanfaatkan berbagai
bentuk tekhnologi informasi dan komunikasi sebagai media atau wahana pencapaian
tujuan dakwah.
Dakwah lewat
multimedia dapat melalui media cetak, media elektronik, media virtual atau
internet. Adapun agenda yang perlu dilakukan Muhammadiyah
menyangkut aspek persepsi atau wawasan, aspek sumberdaya manusia, dan
kelembagaan, serta aspek kegiatan /program .
- Dakwah kultural gerakan jamaah dan dakwah jamaah
Dakwah
kultural sebenarnya merupakan kelanjutan dari program Gerakan Jamaah dan Dakwah
Jamaah. Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah bisa menjadi media bagi dakwah
kultural dengan fokus pemberdayaan dan pengembangan masyarakat melalui
pembentukan jamaah sebagai satuan sosial (komunitas), menjadi penting dan
mendesak untuk direalisasikan.
D.Konsep
Dakwah Multikultural Muhammadiyah
Muhammadiyah
sejak awal sebenarnya sudah berbeda dan sudah menghormati kultur lain. Ketika
kita bicara tentang agama, perbedaan-perbedaan itu pasti ada dan tidak bisa
dicegah. Agama menghargai adanya perbedaan dan kemajemukan, hanya dalam
kehidupan manusia kita mengenal beberapa prinsip perbedaan.
Pertama, perbedaan kebudayaan, yang
melahirkan suku, adat istiadat dan baju yang berbeda. Lain tempat maka lain
juga budayanya.
Kedua, perbedaan normatif atau perbedaan
penafsiran terhadap prinsip yang sama, misalnya dalam Islam kita mengenal
ada ahli sunnah wal jamaah, ada syiah, ada khawarij.
Ketiga, perbedaan yang bersifat prinsip
yang tidak bisa dicegah, misalnya perbedaan dalam hal iman. Perbedaan ini tidak
bisa ditawar.
Adanya
perbedaan-perbedaan tersebut maka kita bisa memahami terhadap kultur lain.
Langkah pertama Muhammadiyah harus mampu membina, memupuk kesadaran ,
karena multikulturalisme itu pada dasarnya sebuah kesadaran. Kesadaran sendiri
ada dua faktor utama. Pertama, munculnya pemahaman akan realitas, harus
ditumbuhkembangkan bahwa orang itu tidak mungkin sama dan hal itu harus
disadari baik secara individu maupun secara komunitas. Muhammadiyah harus sadar
bahwa kita tidak mungkin sama, masing-masing punya pendapat yang berbeda. Kedua,
kita tidak hanya melihat dari sudut pandang ego, tetapi juga harus melihat
bahwa orang harus melihat dari sudut pandang orang lain, sehingga akan muncul
empati, toleransi dan akan muncul hubungan yang baik yang harmonis dan lainnya.
Adanya
kesadaran multikulturalisme ini ditandai bahwa sekaligus menandai bahwa zaman,
masyarakat dan aneka prsoalan hidup memang selalu baru dan memperbaharui
dirinya sendiri. Adanya keadaan yang selalu berubah maka menuntut kita untuk
bisa membaca keadaan, salah satunya dengan membaca keadaan menurut cara pandang
yang multikultural berdasar kesadaran multikultural juga. Untuk itu solusi
dakwah multikultural dapat kita jalankan.
Mengapa
dakwah multikultural menjadi satu gagasan bagi Muhammadiyah. Kita bisa melihat
pengalaman-pengalaman yang lalu. Adanya konflik ras, konflik etnis, konflik
agama dan seterusnya. Kenapa semua itu bisa terjadi, karena masing-masing
memaksakan monokultur, yaitu kultur tunggal milik sendiri terhadap kultur lain.
Sehingga solidaritas, menjadi menyempit. Dengan demikian dakwah multikultutal
menjadi penting yaitu dakwah yang mengandaikan perbedaan kultur, mengandaikan
toleransi yang produktif dan mengandaikan solidaritas yang lebih luas, yaitu
solidaritas kemanusiaan.
BAB
III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Dakwah
Multikultural sebagai salah satu model pendekatan dan metode dari gerakan
dakwah Muhammadiyah merupakan aktualisasi dari Dakwah Islam dalam realitas
kebudayaan masyarakat yang beragam atau heterogen.
Muhammadiyah
bisa diterima oleh masyarakat yang berbeda ini berarti Muhammadiyah sudah
mempunyai basic wacana multikultural yang cukup. Dengan pendekatan
multikultural tadi Muhammadiyah harus benar-benar memberi pemahamanan kepada
warga agar nantinya tidak terjadi kesalahan pemahaman.
Barang kali
akan lebih baik jika Muhammadiyah mampu menyelesaikan konsep dakwah kultural
terlebih dulu baru kemudian disusul dengan konsep dakwah multikultural sehingga
warga Muhammadiyah tidak merasa bingung, dan akan memahami dengan jelas apa itu
dakwah kultural dan apa dakwah multikultural. Karena dua pendekatan tersebut
saling berhubungan.
Prinsip
perbedaan harus dipahami, sehingga kita bisa membatasi perbedaan mana
yang bisa ditoleransi. Baik Dakwah Kultural maupun Multikultural
merupakan salah satu alternatif dakwah , sehingga dengan metode tersebut
prinsip dan misi yang akan kita capai , serta tujuan utama dakwah kita harus
tercapai., dan benar-benar sesuai dengan syariat agama. Dalam memilih
motede dakwah harus dipahami karakter masyarakat sehingga kita bisa memilih
metode mana yang tepat kita gunakan.
No comments:
Post a Comment